Kembalikan Hijauku
Berarak-arak
awan bergerak,
angin dan musim serempak.
Menaburkan hujan, udara dan seloka
menumbuhkan benih dan kasih.
Hijaulah tanah pusaka nusantara;
Negeri cintaku, zamrud katulistiwa
Bersorak-sorak
kehidupan semarak,
mendulang kebutuhan paling dasar.
Sepanjang sungai-sungai kesaling-tergantungan
Hanyut dalam misi dan tujuan
Atas mahluk dan ekosistemnya,
manusia dan budayanya.
Dimanapun muka bumi, – hijaunya – ibu pertiwi
Berjarak-jarak
Zaman merangkak
berjubah waktu generasi baru,
Bangsa tropis, menapis dunia
membanding sumberdaya dan wacana
Ternyata kita, mendapat berokah yang megah
sinar mentari, energi sampai nutrisi
terkemas dalam tradisi, kreasi, dan investasi
Itulah negeriku elok hijau – di mata manca negara.
Bersyukurlah kita
Anugerah hijaunya negeriku
paru-paru dunia
benar-benar tiada tara
Namun kini:
Bersesak-sesak
perubahan mendesak,
mengeser perilaku dan jati-diri.
Tanpa sadar hijauku memar memudar,
oleh emosi, kompetisi, dan modernisasi.
Dan,
Berarak-arak
ribuan tanya menyontak,
Apakah ini bencana yang bakal abadi (?)
sebagai paradoks pembangunan;
Akibat ketimpangan dan serampangan
juga sikap yang gampangan
tanpa belajar makan garam.
Duhai,
Berdecak-decak
gita-cinta mengajak.
Bangunlah, hai segenap jiwa yang terlena
buang malasmu, lestarikan lingkungmu!
Seluas ruang-ruang riuh kehidupan
Sepenuh kebijakan dan kebijaksanaan
dari bangku kuliah, mesin industri, sampai meja menteri
Kembalikan desaku dan negeriku
hijau di mata, hijau di hati
Green empathy
Green strategy
Green policy, and
Green economy